Material Baja untuk Membangun Rumah


Material baja sudah lama dikenal memiliki keunggulan dalam kemampuan bentang dan fleksibilitas bentuk struktur. Jika ingin menggunakannya untuk membangun rumah, apa saja yang harus diperhatikan?
Bisa dibilang, masih sedikit rumah di Indonesia yang menggunakan material baja. Biasanya rumah tinggal di Indonesia menggunakan material beton—baik untuk kolom, balok, bahkan ada juga yang menggunakannya untuk atap. Kombinasi antara material beton dengan kayu sudah menjadi hal yang biasa. Material kayu biasanya digunakan untuk rangka atap, kusen jendela, dan pintu. Kecenderungan ini timbul karena material lain seperti baja memberikan beberapa kesan yang kurang menguntungkan. Kesan yang ditimbulkan dari material ini adalah kaku, dingin, kurang mempunyai nilai estetis, serta lebih lama menyimpan panas atau dingin.

Sebenarnya, penggunaan material baja untuk bangunan tempat tinggal bukan hal baru lagi bagi dunia arsitektur dan sipil. Material ini sudah lama dikenal sebagai material yang memiliki kemampuan bentang dan fleksibilitas bentuk struktur lebih baik jika dibandingkan dengan material bangunan lainnya. Bayangkan saja, untuk jarak antarkolom 6 meter diperlukan balok beton bertulang yang memiliki tinggi (atau “ketebalan”) 50 cm. Bila menggunakan sistem struktur baja, ketebalan balok baja bisa kurang dari 50 cm. Ini karena karakteristik baja berbeda dengan beton bertulang. Baja lebih mampu mengikuti desain si arsitek sehingga dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang inovatif.
Tetapi sayang, kadangkala identitas material baja harus ditutupi oleh material bangunan lainnya. Persepsi bahwa baja kurang memiliki nilai estetika membuat baja biasanya ditutupi oleh material kayu yang dianggap lebih cantik. Sampai saat ini pun, material baja harus “pasrah” identitasnya ditutupi. Meskipun begitu, sejauh ini kemampuan material baja sebagai material tunggal yang dapat menjawab akan kebutuhan material untuk sistem struktur bentang lebar yang “langsing”, belum tergantikan. Baja masih lebih unggul dibandingkan dengan kayu.

Ada dua jenis bentuk material yang bila digabungkan akan menjadi material untuk sistem struktur bentang lebar, yaitu beton bertulang dengan kabel baja berkualitas tinggi. Material ini menjadi alternatif utama material untuk bentang lebar.

Dipesan di Pabrik
Saat ini ada beberapa orang arsitek Indonesia yang sudah mencoba membuat karyanya menggunakan material yang satu ini. Berbagai alternatif lain yang ada membuat pembangunan rumah yang nyaman dengan menggunakan material baja menjadi suatu tantangan. Apalagi mengingat pandangan umum tentang material baja yang dingin, kaku, dan kurang estetis. Namun, dengan berbagai inovasi bentuk dan dengan tetap memperhatikan fisika bangunan seperti pengudaraan, pencahayaan, dan kebisingan, maka rumah baja dapat menjadi alternatif yang patut dipertimbangkan. Dari sudut pandang struktur dan konstruksi, tentu material baja dapat berdiri kokoh dan aman dengan memperhatikan perilaku elemen strukturnya.

Steel ConstructionSama seperti material bangunan lainnya, material baja dapat digunakan untuk bangunan-bangunan yang bersifat massal atau bersifat individual. Pada bangunan yang bersifat individual, perencanaan ukuran dan sambungan material baja direncanakan hanya untuk bangunan yang bersangkutan. Desain struktur yang menggunakan material bangunan baja ini juga memperhatikan aspek ukuran ruang dan jenis sambungan-sambungan. Desain struktur pada suatu desain bangunan tidak dapat digunakan untuk desain bangunan lainnya. Karena ukuran ruang-ruangnya berbeda, maka ukuran material yang digunakan dan jenis sambungan setiap bagian material baja tersebut juga berbeda.
Lain ceritanya bila ada beberapa rumah yang dibangun secara massal. Artinya, rumah-rumah tersebut memiliki bentuk dan ukuran ruang yang sama. Untuk rumah-rumah yang dibangun secara massal, maka rumah baja menjadi pilihan yang baik, karena cara pengerjaan yang pre-cast. Pengerjaan pre-cast ini artinya material sudah disiapkan di pabrik dan langsung dipasang di lokasi pembangunan. Metoda pembangunan ini akan lebih cepat dibandingkan pembengunan rumah yang menggunakan metoda konvensional, yaitu pemasangan secara satu persatu. Tentunya sebelum pemasangan di lapangan, si ars
itek dan insinyur sipil harus mendesain setiap elemen bangunan, baik struktural maupun arsitektural dengan tepat dan benar, sebelum dipesan di pabrik. Kesalahan perencanaan setiap bagian, baik kesalahan ukuran maupun bentuk-bentuk sambungan akan menghambat dan merugikan proyek. Pemasangan di lapangan memang cukup singkat, tetapi perencanaannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga material baja ini, sangat cocok untuk digunakan pada proyek-proyek dengan bangunan masal.

Material baja tidak hanya disediakan untuk elemen struktur kolom dan balok saja, tapi sudah tersedia dalam bentuk lembaran untuk penutup rangka atap dan dinding. Saat ini di pasaran juga sudah tersedia baja yang dilapisi oleh zinc (seng) dan aluminium yang dikenal dengan nama zincalume. Karena pelapisan ini, maka material baja lebih kuat terhadap karat. Tetapi tetap saja pelapisnya tidak boleh tergores.

Beban yang Bekerja

Pada intinya, bangunan yang berdiri harus stabil atau memiliki kestabilan struktur. Selain itu, setiap bangunan yang berdiri harus kokoh, nyaman, aman, dan estetis. Padahal setiap bangunan yang berdiri pasti dikenai oleh perlakuan-perlakuan beban atau beban-beban yang bekerja pada bangunan.

Daniel L. Schodek menjelaskan pada bukunya yang berjudul Struktur (?????). Menurutnya, beban yang bekerja pada bangunan dapat mengakibatkan bangunan tersebut mengalami perubahan bentuk apabila sambungan setiap elemen strukturnya tidak kuat. Bila struktur bangunan tidak stabil maka kualitas perubahan bentuk pada bangunan tersebut akan terus mengalami perubahan.

Bila struktur stabil dikenai beban yang pada umumnya kecil, maka pada saat beban yang ada dihilangkan, gaya internal yang timbul akan memiliki kecenderungan untuk mengembalikan kembali pada bentuk semula. Tetapi bila struktur tersebut tidak stabil, maka struktur tidak akan dikembalikan kepada bentuk semula. Dengan demikian, struktur yang tidak stabil akan mudah mengalami keruntuhan (collapse). Beban yang bekerja pada elemen struktur dapat berupa beban horizontal dan beban vertikal. Artinya, beban yang bekerja pada elemen struktur arahnya dapat horizontal dan vertikal.

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa metoda yang bisa digunakan, yaitu menggunakan penyokong (bracing) diagonal, dinding sebagai bidang geser, dan titik hubung kaku (voute).
Di mana bracing diagonal atau bidang geser harus diletakkan? Bracing diagonal dan bidang geser akan lebih efisien apabila diletakkan pada arah yang lebih pendek dari bangunan.

Elemen-elemen struktur diharapkan dapat stabil sehingga digunakan hubungan kaku pada titik-titik hubungnya. Masih menurut Daniel L. Schodek, bila bidang-bidang geser atau bracing diagonal digunakan, maka persyaratan kekakuan titik hubung tidak menentukan. Untuk struktur baja yang menggunakan hubungan sederhana (sendi), kestabilan bangunan dapat ditingkatkan dengan menggunakan bidang geser atau bracing diagonal.

Alat Penghubung
Menghubungkan beberapa elemen struktur untuk menghasilkan kestabilan struktur yang tinggi pada material baja dibutuhkan elemen ketiga, seperti baut, paku keling, dan las. Fungsi dari kehadiran elemen ketiga tersebut adalah membantu meneruskan gaya-gaya yang ada di titik hubung dari satu elemen struktur ke elemen struktur lainnya. Memperhatikan cara penyambungan dan elemen ketiga pada titik hubung merupakan hal yang penting.

Namun, pada titik hubung material baja, tidak semuanya selelu diperlukan elemen ketiga. Salah satu contoh titik hubung yang memerlukan elemen ketiga adalah titik hubung butt (butt joints). Kolomnya selalu menerus dan baloknya tidak menerus. Hubungan antar kolom dan balok tersebut membutuhkan elemen ketiga berupa plat.

Jadi, kenapa tidak mencoba membangun rumah menggunakan material baja? Saat ini telah tersedia material baja berlapis yang lebih tahan terhadap korosi. Selain itu, baja juga memiliki nilai kestabilan struktur yang baik, tentunya jika titik hubung diperhatikan agar dapat menyalurkan gaya dengan baik.
0leh Rita Laksmitasari Rahayu ST, MT ( Dosen luar biasa jurusan Arsitektur Universitas Trisakti)